Perawatan Beton
Perawatan beton atau sering juga disebut dengan curing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton. Hal ini disebabkan sejak saat beton pertama kali dituang hingga memiliki kuat tekan maksimalnya, beton mengalami suatu reaksi kimia. Jika dalam proses kimiawi tersebut keadaan beton “terganggu”, maka akan muncul kerusakan atau kerusakan sebelum beton mencapai kekuatan maksimalnya.
Selama masa setting time (waktu yang dibutuhkan beton untuk mengeras), beton mengalami proses hidrasi dimana air keluar dari beton secara perlahan. Jika hidrasi ini tidak berjalan dengan optimal, maka kadar air akan hilang dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Hal selanjutnya yang terjadi ialah munculnya retak pada beton. Inilah gangguan yang dimaksud sebelumnya.
Perawatan beton dapat diartikan sebagai upaya untuk menjaga kondisi beton agar tidak mengalami kehilangan air secara tiba-tiba agar beton dapat mencapai kuat tekannya seperti yang direncanakan. Pelaksanaan perawatan atau curing dilakukan saat beton sudah mulai mengeras (hardening) atau setelah pembongkaran bekisting selama durasi tertentu. Bagus atau tidaknya perawatan beton aka berpengaruh pada:
- Mutu beton
- Keawetan beton
- Kekedapan beton
- Ketahanan permukaan beton
- Kestabilan volume
Tujuan Perawatan Beton
Selain untuk menghindari kehilangan air secara tiba-tiba, ada beberapa tujuan lain dari perawatan beton.
- Menjaga perbedaan suhu antara beton dan lingkungan sekitar
- Menjaga dimensi beton. Hal ini berkaitan dengan susut dan kembang (shrink and expansion) yang mungkin terjadi
- Mendapatkan kuat tekan beton sesuai dengan yang direncanakan
- Menghindari keretakan pada beton
Metode Perawatan Beton
Ada beberapa macam metode perawatan beton yang bisa diterapkan di lapangan. Pemilihan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya lingkungan sekitar beton dan juga biaya. Selain itu beberapa faktor lain yang menentukan pemilihan metode perawatan yaitu:
- Tipe semen atau bahan tambah yang digunakan
- Jenis elemen struktur yang mau dirawat, termasuk luasannya
- Kondisi lingkungan, seperti suhu dan kelembaban
- Penetapan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik yang ingin dicapai, apakah beton normal atau beton dengan kuat awal tinggi
1. Metode Pembasahan
Metode pembasahan meliputi:
- Meletakkan beton di ruangan lembab atau genangan air (untuk beton sampel pengujian)
- Menyiram beton secara berkala
- Menyelimuti beton dengan karung basah
- Memberi lapisan khusus pada permukaan beton (curing compound)
2. Metode Penguapan (Steam)
Metode ini khusus dilakukan di lingkungan yang mengalami musim dingin. Perlakuan pertama yaitu mempertahankan suhu beton sekitar 10°- 30°C selama beberapa jam. Setelah itu, beton dirawat dengan metode pembasahan setelah melewati 24 jam. Metode ini dilakukan minimal selama 7 hari. Setelah proses pembasahan selesai dilanjutkan dengan penguapan. Penguapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- Tekanan rendah, berkisar antara 40°-55°C. Penguapan dengan cara ini berlangsung selama 10-12 jam.
- Tekanan tinggi, berkisar 65°-95°C yang berkurang secara bertahap dengan suhu akhir 40°-55°C. Penguapan dengan cara ini berlangsung selama 10-16 jam.
3. Metode Perawatan dengan Membran
Metode dengan menggunakan membran ini biasanya diterapkan pada permukaan beton yang luas, seperti pada perkerasan kaku (jalan). Membran ini merupakan bahan berbentuk lembaran, yang memiliki permukaan rata (tanpa lubang) dan sifatnya melekat. Membran ini dapat terbuat dari plastik atau bahan lain yang kedap air. Tujuannya ialah untuk menghalangi penguapan air saat setting time beton. Metode ini dapat dikombinasikan dengan metode pembasahan.
4. Metode Sinar Infra Merah
Metode ini menggunakan sinar infra merah dengan suhu 90°C selama 2-4 jam. Tujuannya ialah mempercepat penguapan air. Biasanya diterapkan pada beton dengan bahan tambah.
5. Metode Hidrotermal
Berbeda dengan perawatan dengan sinar infra merah, perawatan dengan metode hidrotermal diterapkan pada bekistingnya. Perawatan ini khusus diterapkan pada beton pracetak, yaitu dengan memanaskan bekistingnya pada suhu 65°C.
6. Perawatan dengan Kalsium Klorida
Perawatan dengan kalsium klorida biasanya diterapkan sebagai pelapis pada beton. Fungsi dari kalsium klorida ialah untuk mencegah pencampuran air dari penguapan.
Durasi Pelaksanaan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama pelaksanaan perawatan pada beton. Beberapa diantaranya ialah jenis beton dan jenis semen yang digunakan. Berikut peraturan yang bisa digunakan sebagai acuan.
1. SNI 03-2847-2002
Pelaksanaan perawatan dilaksanakan selama:
- 7 hari untuk beton normal
- 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
2. ACI 318
Berdasarkan ACI 318, perawatan beton dilaksanakan hingga kuat tekan beton mencapai minimal 70% dari yang direncanakan.
3. ASTM C-150
Berdasarkan ASTM C-150 , perawatan beton tergantung dari tipe semen yang digunakan, yaitu:
- Semen tipe I, perawatan dilakukan minimal selama 7 hari
- Semen tipe II, perawatan dilakukan minimal selama 10 hari
- Semen tipe III, perawatan dilakukan minimal selama 3 hari
- Semen tipe IV, perawatan dilakukan minimal selama 14 hari
- Semen tipe V, perawatan dilakukan minimal selama 14 hari
Baca juga: Faktor Kuat Tekan Beton
Baca juga: Bahan Tambah pada Beton