Jenis-Jenis Semen dan Penggunaannya – Semen terdiri dari beberapa jenis yang memiliki karakterisitik dan penggunaan yang berbeda-beda. Penggunaan semen yang tidak sesuai akan menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi tidak sesuai dengan perecanaan, seperi munculnya retak dalam jumlah besar dan rusaknya beton akibat serangan sulfat. Berikut penjelasan terkait klasifikasi semen, karakteristik dan penggunaannya.
Klasifikasi Semen
- Tipe I – Semen biasa
- Tipe II – Semen tahan sulfat sedang
- Tipe III – Semen kekuatan awal tinggi
- Tipe IV – Semen panas hidrasi rendah
- Tipe V – Semen tahan sulfat tinggi
Karakteristik dan Penggunaan Semen
Tipe I (Jenis Semen Umum)
Karakteristik
- Digunakan untuk tujuan umum
- Tersedia secara luas
- Digunakan jika beton yang direncanakan tidak terkena paparan spesifik seperti serangan sulfat dari tanah atau air atau kenaikan suhu yang tidak diinginkan karena panas hidrasi
- Cocok untuk semua penggunaan misalnya perkerasan, trotoar, gedung, jembatan, tangki air, gorong-gorong, selokan dll. Jenis semen ini mencapai kekuatan rencananya dalam waktu 28 hari.
Komposisi
- MgO kurang dari 0,6%
- Residu yang tidak larut kurang dari 0,75%
- Kehilangan saat pembakaran kurang dari 3%
- Hal ini ditentukan oleh perawatan dengan HCl. Hal ini disebabkan oleh kotoran di dalam Gypsum.
Penggunaan Semen Tipe I
Ini adalah semen yang umum digunakan sebagai campuran beton untuk membuat perkerasan, lantai, bangunan beton bertulang, jembatan, tangki, pipa, dan sejenisnya. Semen ini digunakan untuk semua penggunaan dimana sifat khusus dari jenis semen lain tidak diperlukan, seperti serangan sulfat dari tanah dan air, atau kenaikan suhu yang tidak diinginkan.
Tipe II (Jenis dengan Ketahanan Sulfat Sedang)
Penggunaan jenis semen ini bertujuan mencegah serangan sulfat menengah. Semen tipe ini biasanya digunakan pada beton yang akan bersentuhan dengan tanah atau terkubur di dalam tanah. Contoh peggunaannya ialah pada struktur drainase, tiang pancang, dinding penahan dan sejenisnya. Tipe II menghasilkan panas hidrasi sedikit lebih tinggi daripada semen tipe I. Selain itu, semen ini mencapai kekuatan yang diinginkan dalam waktu 45 hari.
Penggunaan Semen Tipe II
Semen ini digunakan ketika tindakan pencegahan terhadap serangan sulfat sedang adalah penting, seperti pada struktur drainase, yang memiliki kemungkinan terkena konsentrasi sulfat moderat dari air tanah. Semen ini memiliki ketahanan sulfat sedang karena mengandung tidak lebih dari 8% trikalsium aluminat (C3A).
Biasanya semen tipe II menghasilkan lebih sedikit panas hidrasi pada tingkat yang lebih lambat daripada semen Tipe I. Oleh karena itu, semen jenis ini dapat digunakan dalam struktur massa seperti pilar besar, penyangga berat, dan dinding penahan. Karena pembangkitan panas hidrasi yang lebih sedikit, semen ini baik digunakan saat cuaca panas.
Tipe III (Jenis Semen dengan Kekuatan Awal Tinggi)
Karakteristik
- Kandungan C3S tinggi hingga 70%
- Memiliki kehalusan tinggi dan luas permukaan minimum 325 m2/kg
- Dapat digunakan saat kondisi bekisting harus dilepas dengan cepat. Selain itu, semen ini dapat mencapai kekuatan yang cukup ketika konstruksi lanjutan akan dikerjakan dalam waktu dekat. Semen ini memiliki panas hidrasi yang tinggi dan mencapai kekuatan desainnya dalam 7 hari atau bahkan kurang. Karena pembangkitan panas hidrasi yang tinggi, sebaiknya tidak digunakan pada beton massal atau bagian dari struktur yang berukuran besar. Namun, semen ini dapat bekerja dengan baik meskipun dalam cuaca dingin.
Penggunaan Semen Tipe III
- Secara kimia dan fisik mirip dengan semen Tipe I, kecuali ukuran partikelnya yang lebih halus.
- Semen ini dapat mencapai kekuatan awal yang tinggi pada periode awal, biasanya seminggu atau kurang.
- Digunakan ketika bekisting perlu dilepas sesegera mungkin atau ketika struktur harus segera digunakan.
- Lebih cocok digunakan pada saat cuaca dingin untuk mengurangi periode perawatan beton.
Tipe IV (Jenis Semen dengan Panas Hidrasi Rendah)
Karakteristik
Semen jenis ini digunakan dalam produksi beton massal. Hal ini disebabkan oleh panas hidrasi yang lebih rendah. Namun, meskipun semen ini mengeras secara perlahan tetapi menjadi lebih kuat setelah curing (perawatan). Kekuatan rencananya dapat tercapai dalam 90 hari.
Penggunaan Semen Tipe IV
- Digunakan ketika laju dan jumlah panas yang dihasilkan dari hidrasi harus diminimalisir.
- Peningkatan kuat tekan lebih lambat daripada jenis semen lainnya.
- Semen ini paling cocok digunakan dalam produksi struktur beton masif, seperti bendungan gravitasi besar, dimana kenaikan suhu akibat panas yang dihasilkan selama pengerasan dan harus diminimalisir untuk mengendalikan retak beton.
Tipe V (Jenis Semen dengan Ketahanan Sulfat Tinggi)
Karakteristik
Beton ini digunakan jika beton yang direncanakan akan terkena tanah dengan kadar basa tinggi atau air yang memiliki kandungan sulfat tinggi. Semen ini memiliki kandungan C3A yang rendah sehingga dapat menahan serangan sulfat dari luar beton. Jika tidak, pembentukan kalsium sulfoaluminat dan gipsum akan menyebabkan kerusakan beton karena peningkatan volume senyawa yang dihasilkan.
Penggunaan Semen Tipe V
- Beton ini hanya digunakan pada beton yang terkena aksi sulfat tinggi, terutama akibat tanah atau air tanah yang memiliki kandungan sulfat tinggi.
- Ketahanan sulfatnya yang tinggi adalah karena kandungan C3A yang rendah, yaitu sekitar 4%.
- Semen jenis ini tidak tahan terhadap asam dan zat korosif lainnya.
Baca juga: Beton dan Material Penyusunnya