Kriteria Perencanaan (KP) 06

Bagikan:

Kriteria Perencanaan 

Kriteria Perencanaan (KP) 06 merupakan satu dari 9 dokumen yang diterbitkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Dokumen ini merupakan acuan atau standar yang digunakan dalam desain jaringan irigasi. Tujuan dari penyusunan dokumen ini (Kriteria Perencanaan) ialah agar konsep perencanaan yang dikerjakan di Indonesia menjadi seragam. Keseragaman ini dapat tercipta dengan mengikuti pendekatan konsep desain yang ada dalam Kriteria Perencanaan. Segala sesuatu hal yang berbeda dari Kriteria Perencanaan hanya dapat dimungkinkan jika adanya izin dari Pembina Kegiatan Pengembangan Irigasi. Kriteria Perenanaan terbagi menjadi sembilan dokumen terpisah. Pada artikel ini, kita khusus membahas Kriteria Perencanaan (KP) 06.

 

Kriteria Perencanaan (KP) 06

Kriteria Perencanaan Bangunan ini membahas parameter bangunan. Bahasan ini meliputi seluruh bangunan yang melengkapi saluran–saluran irigasi dan pembuang, termasuk bangunan–bangunan yang diperlukan untuk keperluan komunikasi, angkutan, eksploitasi dan pemeliharaan.

Kriteria Perencanaan (KP) 06 terdiri dari enam bab, yaitu:

1. Pendahuluan

Beberapa jenis bangunan tertentu memerlukan uraian khusus tersendiri karena sifat–sifat hidrolisnya yang unik. Latar belakang teoretis masing–masing bangunan disajikan dengan lengkap. Jika dalam kondisi tertentu diperlukan jenis bangunan irigasi yang berbeda, maka perencana harus mendiskusikannya bersama tim ahli. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan jenis bengunan berdasarkan pada:

  • Kesesuaian fungsi bangunan dengan kebutuhan
  • Kemudahan perencanaan dan pelaksanaan
  • Kemudahan operasional dan pemeliharaan
  • Biaya pelaksanaan dan pemeliharaan

2. Bahan Bangunan

Ada beberapa bahan bangunan yang dapat digunakan pada bangunan irigasi, seperti beton dan batu kali. Selain itu, pada bab ini juga menyinggung bahan-bahan yang digunakan untuk perbaikan tanah lunak di daerah irigasi. Beberapa diantaranya yaitu:

  • Kolom kapur atau semen
  • Geotekstil
  • Cerucuk
  • Vertical drain
  • Pemadatan tanah
  • Jet grouting
  • Kolom butir kasar

3. Tegangan Rencana

Pada bab ini diuraikan analisis pembebanan yang terjadi pada bangunan irigasi. Beberapa beban terkait perencanaan bangunan irigasi yaitu:

  • Beban mati, berasal dari komponen bangunan yang tidak bergerak seperti berat material yang dipasang permanen dan berat strukturnya sendiri.
  • Beban hidup, berasal dari benda yang bergerak selama masa layan bangunan, seperti kendaraan, manusia dan hewan.
  • Beban rencana permanen, memiliki pengertian yang sama dengan beban mati. Contoh tambahannya yaitu tekanan tanah pada bangunan penahan tanah.
  • Beban lalu lintas, berasal dari kendaraan. Beban ini khusus bekerja pada bagian bangunan irigasi yang menerima beban kendaraan, seperti jembatan.
  • Beban pengaruh lingkungan, berasal dari perbedaan temperatur, beban angin dan beban gempa.
  • Beban pengaruh aksi lainnya, berasal dari gesekan pada perletakan (tumpuan), beban saat pelaksanaan pekerjaan dan beban rem.

Selain analisis pembebanan, pada bab ini juga membahas analisis perkolasi (rembesan) di sekitar bangunan irigasi. Perkolasi dapat membahayakan bangunan irigasi, seperti erosi bawah tanah yang menyebabkan kehilangan material. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisis rembesan yaitu:

  • Teori angka rembesan Lane
  • Metode Bligh
  • Metode Khosla’s

4. Pasangan Batu dan Bata Merah

Bab ini membahas material yang digunakan dalam desain bangunan irigasi, khususnya batu dan bata merah. Pasangan batu sering digunakan, seperti pada bangunan pembuang. Bata merah menjadi alternatif jika batu alami tidak tersedia di sekitar lokasi pembangunan. 

5. Beton

Bab ini membahas analisis beton secara khusus sebagai material bangunan irigasi. Mulai dari analisis penampang beton hingga tulangan yang dibutuhkan. Berdasarkan klasifikasinya, beton terdiri dari tiga kelas mutu (f’c), yaitu:

  • f’c = 10 MPa
  • f’c < 20 MPa
  • f’c ≥ 20 MPa

Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, selimut beton minimum dapat dilihat pada tabel di bawah. Namun, untuk konstruksi di daerah korosif seperti daerah dengan kadar garam dan alkali yang tinggi dibutuhkan penambahan 10 mm. 

Tipe Konstruksi Selimut Beton (mm)
Tampak Tak Tampak
Pelat 15 20
Dinding 20 25
Balok 25 30
Kolom 30 35

6. Pondasi Tiang

Bab ini secara khusus membahas desain pondasi tiang pada bangunan irigasi. Pondasi tiang sangat dibutuhkan apabila kondisi tanah pada lokasi bangunan kurang baik (daya dukung rendah). Kedalaman pondasi ini bisa mencapai 10 m atau lebih, tergantung posisi tanah kerasnya. Contoh penggunaannya pada bangunan irigasi yaitu pada:

  • Abutment jembatan
  • Bendung kareta atau pasangan batu kali atau beton gravitasi 
  • Dinding penahan tanah, bangunan bagi maupun bangunan terjun

Dalam perencanaan pondasi tiang, dibutuhkan beberapa data penting seperti

  • Penampang memanjang dan penampang melintang
  • Data Geoteknik
  • Parameter tanah asli
  • Muka air tanah tertinggi
  • Parameter tanah timbunan
  • Data hidrologi

 

Itulah rangkuman mengenai Kriteria Perencanaan (KP) 06. Untuk pembahasan lebih khusus, silakan baca dokumennya di bawah ini. Untuk mendownloadnya, silakan klik sudut kanan atas dokumen. Jika ingin melihat jenis-jenis pelatihan ahli perencana irigasi silakan klik disini.

 


Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 01

Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 02

Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 03

Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 04

Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 05

Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 07

Baca juga: Kriteria Perencanaan (KP) 08

Leave a Comment

error: Ayo kembangkan literasimu dengan parafrase :)